DARK FANFICTION

[FF] Ocean Fifteen (Chapter 3)






Title :: Ocean Fifteen
Lenght :: Chapter
Author :: Kim Soo Jin (Sansan Kurai)
Main Cast :: All Super Junior member + Zhoumi and Henry
Other Cast :: DBSK and JYJ
Genre :: Action, Hurt, Crime, Comedy
Rating :: I think this is general
Disclaimer :: ide cerita author dapet waktu author nonton film Ocean 13 sama Ocean 11. ^^~ Tapi selebihnya adalah imajinasi author..



Don't take my Fanfiction without FULL CREDIT to my Account, Don't copy my Fanfiction without my PERMISSION, Don't PLAGIAT my Fanficton. I HATE PEOPLE WHO JUST PLAGIAT !




--------------------------------------------------------------------------------------------------



Last chapter...



“Apa yang kita lakukan di sini hyung?” tanya Yesung. “Ini kan toko berlian. Hyung mau mencari berlian?”

“Tidak. Aku ingin bertemu dengan musuh lamaku.”

“MWO!!!”

“Sudah, ikuti saja aku.”

Leeteuk segera masuk ke toko berlian yang sedang ramai pengunjung itu. Perlahan dia berjalan dari etalase satu ke etalase yang lain. Memperhatikan setiap berlian yang ada di tempat itu.

“Kau tahu, berlian itu tidak seindah batu permata,” ucap Leeteuk pada Yesung. “Berlian memang bersinar tapi bagiku batu permata lebih bersinar dan bermakna.”

“Ya karena hyung lebih menyukai batu permata dari pada berlian,” ujar Yesung. “Bagiku batu permata dan berlian itu sam saja. Sama-sama indah.”

“Annyeonghaseyo, ada yang bisa kami ba.. Kau!!!!”

“Annyeonghaseyo, kita bertemu lagi.”

“Ma-malaikat maut!! Kau!!!”




//////////////////// FF O.F Chapter 3 ////////////////////




“Halo Eunhyuk-ah,” sapa Leeteuk. “Ternyata kau membuka toko berlian? Bagus sekali. Dan ku lihat tokomu sangat ramai. Mereka pasti sangat menyukai berlianmu.”

“Apa yang membawamu ke mari Leeteuk-ssi?” tanya Eunhyuk dengan nada dingin. “Kita sudah tidak ada urusan. Aku sudah mengembalikan The Allnatt Diamond padamu dan aku sudah tidak mengganggu kehidupanmu. Kita sudah sama-sama menganggap musuh. Kenapa kau masih menemuiku?”

“Kau bekerja pada siapa sekarang?” tanya Leeteuk tidak menggubris ucapan dingin Eunhyuk.

“Aku bekerja sendiri,” jawab Eunhyuk, masih dengan nada yang sama. “Wae?”

“Kau sudah tidak bekerja dengan Yunho?” Kali ini Yesung yang bertanya.

“Sudah ku katakan, aku sekarang bekerja sendiri.”

“Berarti tidak jadi masalah jika aku mengajakmu untuk bekerja sama,” ajak Leeteuk sambil mulai berkeliling lagi. Sedangkan Yesung tetap berdiri dihadapan Eunhyuk. Hanya meja etalase yang menghalangi mereka berdua.

“M-Mwo? Kerja sama?” tanya Eunhyuk tak mengerti. Dia mengalihkan pandangannya dari Leeteuk ke Yesung untuk meminta penjelasan.

“Bergabunglah dengan kami dan kami akan menjelaskan semuanya padamu,” jelas Yesung. “Jika kau mau.”

“Ta-Tapi, Leeteuk-ssi.. Dia.. Dia membenciku, benarkan?” bisik Eunhyuk ke Yesung.

“Aku tidak tahu. Mungkin ya mungkin tidak,” jawab Yesung.

“Tidak, aku tak mau. Dia pasti merencanakan sesuatu untuk membunuhku. Aku tidak mau!” tolak Eunhyuk.

“Heh! Dengar ya! Leeteuk hyung tidak pernah membunuh siapapun! Mengerti!!” bentak Yesung, membuat para pengunjuk menoleh kearah mereka berdua. Eunhyuk berusaha tersenyum untuk menenangkan para pelanggannya.

“Lebih baik kita bicara di dalam dan ajak hyungmu itu,” ajak Eunhyuk. Eunhyuk nampak sedang bicara dengan seorang yeoja lalu dia masuk sambil menyuruh Yesung mengikutinya.

“Hyung,” panggil Yesung sambil menarik lengan Leeteuk pelan, karena Leeteuk masih dengan setia memandangi berlian-berlian yang dipajang oleh Eunhyuk. “Katanya tidak suka dengan berlian, kenapa memandanginya terus?”

“Aku sedang membaca nama-nama berlian itu,” jawab Leeteuk. “Kita mau ke mana?”

“Eunhyuk mengajak kita bicara di dalam,” jawab Yesung sambil membuka pintu di depannya.

“Duduklah,” pinta Eunhyuk sambil menunjuk dua kursi di depannya.

“Kantormu indah sekali,” ucap Leeteuk sambil duduk. “Banyak berlian kecil yang menempel didindingnya.”

“Terima kasih, tapi aku mengajak kalian masuk bukan untuk membicarakan berlian yang menempel didinding, Leeteuk-ssi,” ucap Eunhyuk tak sabar. “Apa tujuanmu mengajakku untuk bekerja sama? Bukannya kau membenciku dan tidak pernah percaya padaku karena aku pernah bekerja dengan Yunho? Lalu kenapa kau mengajakku bekerja sama sekarang?”

“Tak ada alasan untuk membencimu sekarang,” ucap Leeteuk santai. “Aku hanya ingin mengajakmu bekerja sama untuk mencuri.”

“Aku sudah mulai tidak melakukan pekerjaan itu Leeteuk-ssi,” ujar Eunhyuk lelah. “Makannya aku berhenti bekerja dengan Yunho, karena aku sudah lelah mengerjakan itu.”

“Pantas kau menjual semua berlian yang kau curi,” bisik Leeteuk. “Kali ini aku akan mengajakmu bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu yang tak dapat dinilai dengan uang.”

“Apa itu?” tanya Eunhyuk penasaran.

“Aku akan menjelaskannya padamu jika kau mau datang ke alamat ini, lusa jam 10 pagi,” pinta Leeteuk sambil meletakkan selmbar kartu nama di meja kerja Eunhyuk.

“Ternyata kau belum pindah dari sana,” sahut Eunhyuk saat membaca alamat itu.

“Aku akan menunggumu,” ucap Leeteuk sambil beranjak pergi, Yesung mengikutinya dari belakang. Sesaat kemudian Leeteuk membalikkan tubuhnya dan memandang Eunhyuk. “Jika kau bersedia, tolong temui orang bernama Hankyung-ssi, Kibum-ssi dan Kangin-ssi.”

“Mwo?? Aku tidak bisa!! Mereka semua..”

“Aku tahu,” potong Leeteuk. “Sebisa mungkin kau harus mengajak mereka untuk datang ke tempatku lusa.” Dan Leeteuk langsung berjalan pergi meninggalkan Eunhyuk yang hanya bisa terdiam mendengar ucapan Leeteuk.

“Harus!!” imbuh Leeteuk sebelum dia benar-benar pergi. Eunhyuk tidak bisa berucap apapun.

“Hyung! Berapa banyak orang yang akan kau ajak?” tanya Yesung sambil masuk ke dalam mobil. Leeteuk sudah berada di dalam dengan rutinitasnya seperti biasa.

“Sebanyak yang aku butuhkan,” jawab Leeteuk.



*Yesung POV*



“Sebanyak yang aku butuhkan,” jawab Leeteuk hyung.

Aku kembali menjalankan mobil. Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa tiba-tiba pikirannya bisa berubah seperti ini.

Aku tak tahu apa alasan dia mengajak Heechul, lalu dia mengajak Zhoumi juga. Padahal Zhoumi adalah orang yang sangat licik. Walau terlihat jika dia memang menghormati hyungku, tapi bisa saja itu hanya kedoknya untuk bisa mendekati Leeteuk hyung.

Lalu sekarang Eunhyuk, orang yang dulu pernah bekerja dengan Yunho. Dia juga pernah mengambil batu permata Leeteuk hyung walau Eunhyuk segera mengembalikannya keesokan hari dan anak itu menghilang karena Leeteuk hyung tidak pernah bisa memaafkan seorang pengkhianat dan tak ingin melihatnya lagi. Lalu kenapa sekarang Leeteuk hyung mengajaknya? Apa karena dia orang yang paling cekatan dan itu yang membuat hyungku memilihnya?

“Kau tidak mendengarku Yesung? Belok kanan!!”

“E-eh.. Iya hyung.” Aku langsung membelokkan mobil ke kanan. Hufh. Hampir saja terlewat.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Sama seperti tadi, aku berfikir kenapa hyung bisa berubah sedrastis ini,” jawabku jujur. Karena percuma berbohong padanya. “Tadi Zhoumi, sekarang Eunhyuk.”

“Kau tahukan, Eunhyuk tidak seburuk itu,” ucap Leeteuk hyung. “Dulu aku memang sempat membencinya dan menganggapnya musuh. Sebenarnya dia anak baik, hanya karena hasutan Yunho, dia menjadi seperti itu.”

“Hmm, iya juga,” jawabku. “Dia jadi suka membunuh orang untuk mendapatkan semuanya..”

“Dan aku tidak tahu jika berlian yang dia miliki bukan hasil mencuri saja tetapi hasil membunuh, itu yang membuatku membencinya dan tidak ingin melihatnya lagi. Apa lagi setelah dia mengambil batu permata milikku itu. Tapi semua sudah berubah, kulihat dia sudah tidak seperti itu lagi.”

“Ne, waktu itu dia terlihat seperti orang lain,” ucapku. “Tidak seperti Eunhyuk yang sekarang.”

“Kau ingat saat tiba-tiba sikapnya berubah?” Aku mengangguk. “Sepertinya itulah hari dimana dia bertemu dengan Yu.. Aduh!!!!! Ya!!! Kau bisa mengemudikan dengan benar tidak sih!!!!”

“Mianhae hyung,” ucapku sambil melihat ke arah hyungku yang sedang mengelus-elus kepalanya yang terbentur. “Barusan aku hampir menabrak anak kecil di depan.”

“MWO!!!”

Tiba-tiba Leeteuk hyung melepaskan sabuk pengaman dan segera turun. Aku pun juga ikut turun.

“Gwenchana” tanya Leeteuk hyung pada gadis manis yang hampir saja aku tabrak, Leeteuk hyung berjongkok untuk mengecek keadaan gadis kecil ini. Gadis kecil itu hanya mengangguk. “Gadis manis, kenapa kau berdiri di tengah jalan seperti ini? Kau mau menyeberang eoh?”

Gadis itu mengangguk lagi.

“Baiklah, oppa akan mengantarkanmu ke seberang.”

Leeteuk hyung menggandeng tangan kecil sang yeoja dan mengantarkannya ke seberang. Sesaat gadis itu menatapku dengan matanya yang bulat dan tersenyum sangat manis, membuatku ingin sekali mencubit pipinya itu.

Tapi, di mana ya orang tuanya? Kenapa gadis itu tidak ada yang menemani? Bagaimana kalau anak itu sampai tertabrak tadi?

Ku lihat Leeteuk hyung sudah sampai di seberang dan kembali berjongkok untuk berbicara dengan gadis itu. Jika diperhatikan, saat dia sedang bersama dengan anak kecil, dia akan terlihat sangat dewasa. Tapi, jika sedang bersama orang dewasa, sikapnya pasti akan kekanak-kanakan.

Ahh, tidak usah dengan orang dewasa. Denganku yang umurnya hanya beda 2 tahun saja dia sering bertingkah ke kanak-kanakan.

“Apa itu hyung?” tanyaku saat Leeteuk hyung sudah kembali.

“Susu coklat,” jawabnya sambil tersenyum senang.

“Mwo? Hyung..”

“Dia memberikannya padaku sebagai ucapan terima kasih,” jawabnya sambil masuk ke dalam mobil.

Lihat!!! Sikapnya itu!! Benar-benar tidak sesuai dengan umurnya!!

“Sadar tidak sih hyung kalau kau sudah tua.”



PLETAKKK


“Sekali lagi kau bilang seperti itu, ku tendang kau sampai ke bulan!”

“Seharusnya aku yang bilang seperti itu, tubuh hyungkan lebih kurus dari pada aku,” sahutku sambil mengelus-elus kepalaku.

“Kita pulang!” perintahnya.

Hahahaha. Dia kalah!! Jika sudah membicarakan soal berat badan, hyungku memang tidak bisa berkata apapun. Walau dia makannya sangat banyak, tetapi tubuhnya tetap saja kurus. Tidak seperti aku, yang jarang makan tetapi berat badan selalu bertambah.

Aku pun segera mengemudikan mobil menuju rumah.

“Kita benar-benar pulang hyung?” tanyaku berusaha memastikan. Karena tidak biasanya hyung ku mengajak pulang sore hari seperti ini.

“Ne,” jawbanya singkat.

“Oh, baiklah.”

Sepertinya untuk hari ini selesai. Baguslah, aku bisa beristirahat sedikit lebih lama hari ini.

“Sebelum kita pulang, kita mampir ke kedai lagi ya.”

“Mwo?? Hyung!! Tadi pagi kau sudah makan ddukbokki, siang juga. Dan malam ini kau akan makan ddukbokki lagi?”

“Ne.”

“Mwoya? Hy..”

“Dan aku akan bertemu dengan seseorang.”

“Nugu?”

“Lihat saja nanti.”

Apa-apaan ini? Siapa lagi yang akan ditemuinya? Katanya ingin pulang ke rumah, kenapa sekarang berubah lagi? Aish!! Ingin sekali ku getok kepalanya!

Dia itu kadang menyebalkan. Sifatnya yang seperti anak kecil itu kadang membuatku sakit kepala. Tapi aku benar-benar mengerti kenapa dia seperti itu. Sejak eommanya meninggal dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang lagi. Ku lihat dia lebih senang mengurung diri di kamar sambil memandangi foto eommanya. Sampai sekarangpun ia masih seperti itu. Aku tidak pernah melihatnya menangis barang sekali saja. Saat di pemakaman pun dia tidak menangis.

Walau dia pandai menutupi perasaannya, tapi aku bisa tahu apa yang sedang dia rasakan. Entah karena aku sudah begitu terikat dengannya atau apa. Aku benar-benar bisa mengerti apa yang dia rasakan. Aku tidak tahu, jika tidak ada aku, apa yang terjadi padanya? Bukannya aku  sombong atau apa. Tapi dia itu benar-benar seperti anak kecil yang butuh pengawasan. Dan jika aku bersamanya, aku terlihat seperti seorang eomma yang sedang menjaga anaknya yang manja.

Jika boleh jujur. Aku sangat menyayanginya. Dia sudah kuanggap sebagai hyungku sendiri. Sebenarnya dia sempat melarangku untuk ikut dengannya, tapi karena aku memaksa untuk tetap terus berada di sisinya di manapun dia berada, akhirnya dia setuju.

“Setelah ini kau boleh pulang,” ucapnya tiba-tiba.

“Ne. Eh??? Pulang?” tanyaku yang baru sadar dengan ucapannya. “Sendiri? Ke rumah?”

“Bukan rumahku, tapi rumahmu. Kau sudah lama tidak pulang kan?”

Aku terhenyak mendengar ucapannya.

Ya, memang sudah hampir satu bulan aku tak pulang ke rumahku. Aku juga tak mendapat kabar apapun tentang Appa dan Eomma. Bagaimana kabar mereka ya?

“Pulanglah, karena setelah aku mengumpulkan mereka semua, kemungkinan besar kau tidak akan ada banyak waktu untuk pulang.”

“Tapi hyung..”

“Aku tidak apa-apa kau tinggal sendiri. Aku bukan anak kecil yang harus kau jaga, Yesung.”

“Tapi hyung memang masih seperti anak kecil, aku khawatir meninggalkanmu sendiri.”

“Gwenchana, aku akan baik-baik saja.”

“Baiklah, setelah ini aku akan pulang ke rumah.”

“Aku memberimu libur 2 hari. Ok? Minggu kau datanglah ke rumah, karena hari itu aku akan memulai semuanya.”

“Ne hyung, gomawo.”

Aku tak bisa membantah ucapannya yang ini. Pasti dia akan melakukan sesuatu yang aku tidak boleh tau. Dia selalu saja seperti itu. Entah apa yang dia lakukan, aku tidak pernah tau. Semoga dia baik-baik saja.

“Kau turunkan aku saja di kedai, setelah itu pulanglah. Kau bawa mobilnya dan aku jalan kaki saja pulangnya,” ujarnya saat kami hampir sampai ke kedai ddukbokki langganan Teukie hyung.

“Benar hyung, tidak apa-apa ku tinggal sendiri?” tanyaku berusaha memastikan.

“Ne, aku tidak apa-apa,” jawabnya dengan nada tak sabar. “Kenapa sih kau jadi over protectif seperti ini?”

“Sudah ku bilangkan kalau aku khawatir padamu, hyung? Hyung itu sedang tidak waras dan sekarang aku tidak rela meninggalkan hyung sendiri.”

“Sudah, sekarang aku akan turun dan cepatlah pergi,” usir Leeteuk hyung sambil membuka pintu mobil. Dia mulai masuk ke kedai. Aku hanya bisa memandanginya sambil menghela nafas.

Aku pun segera berlalu dan memulai perjalanan menuju rumah. Tetapi aku tidak fokus pada perjalanan ini. Pikiranku tertuju pada Leeteuk hyung. Apa yang akan dia lakukan sekarang dan siapa yang dia temui. Aku tidak penasaran, aku hanya mengkhawatirkan dirinya itu. Walau tidak sekali ini aku meninggalkannya, tapi kali ini aku sangat mengkhawatirkannya.

Ahh, ku harap semuanya baik-baik saja. Maafkan aku hyung, kau yang menyuruhku untuk berlibur jadi aku akan gunakan sebaik mungkin. Aku tak akan memikirkan lagi apa yang sedang kau lakukan saat ini.

Setengah perjalanan sudah ku lalui dan aku melihat sesuatu di kursi yang diduduki Leeteuk hyung. Susu coklat. Itu pasti susu kotak yang diberikan oleh anak kecil tadi. Ahh, kenapa Leeteuk hyung bisa lupa membawanya? Tumben sekali dia meninggalkan minunman kesayangannya itu.



Every night maeil kku-eottdeon sojunghan kkumdeul


“Yoboseyo,” jawabku.

“Ya!! Yesung!! Kenapa kau tidak mengingatkanku!!”

“Tentang apa hyung?” tanyaku tak mengerti.

“Susu coklatku ketinggalan di mobil kan? Dan susu coklat pemberian gadis kecil itu!”

“Ohh, ne. Keduanya masih ada di mobil. Eotte? Aku antarkan ke tempat hyung?”

“Tidak usahlah, untung di rumah masih ada. Ya sudah.”



PIP



“Mwoya? Dia menghubungiku hanya untuk menanyakan susu coklat? Dasar hyung babo!!” teriakku frustasi.

Awas kau jika nanti aku sudah kembali.

Perlahan ku masukkan mobil di pekarangan rumahku. Aku baru saja sampai. Tak kusangka aku sangat merindukan tempat ini. Aku segera keluar dari dalam mobil, semoga saja mereka semua ada di rumah.

Ku pencet bel dan menunggu. Tak lama kemudian, sesosok yeoja yang sangat kurindukan muncul.

“Eomma,” panggilku sambil memeluknya erat. “Bogoshippo.”

“Yesung-ah, kau kemana saja tak pernah pulang? Eomma juga sangat merindukanmu, begitu juga Appa dan Jongjin.”

“Mianhae Eomma, tugasku sangat banyak,” ucapku berbohong. Ne, Eomma tidak tahu apa pekerjaanku sesungguhnya. Sepengetahuan mereka, aku bekerja di kantor dan bertugas sebagai admin. “Hari ini saat aku jalan-jalan dengan atasanku, dia tiba-tiba bilang kalau aku mendapat libur dua hari.”

“Benarkah?” tanya Eomma. Dia terlihat sangat senang. “Eomma akan memasakkan makanan yang enak untukmu sayang.”

“Gomawo Eomma,” ucapku sambil masuk ke dalam diikuti oleh Eomma.

“Di mana Appa dan Jongjin?” Jongjin adalah dongsaeng namjaku.

“Mereka sedang pergi bermain bola di lapangan. Jika kau ingin pergi, pergilah.”

“Ani, aku ingin istirahat saja,” ucapku sambil melangkahkan kaki ku menuju lantai 2, di mana kamarku berada.

Aku membuka pintu kamarku perlahan, masih sama. Hanya saja lebih bersih dan rapi. Pasti Eomma yang merapikannya untukku. Aku berjalan kearah ranjang dan segera menghempaskan tubuhku ke ranjang. Nyaman sekali rasanya. Ku pandangi langit-langit kamarku yang berwarna biru langit.

Aku menghela nafas dan menolehkan kepalaku ke samping. Dan mataku menangkap sebuah pigura. Ada dua anak kecil dalam foto itu sedang tersenyum ceria ke arah kamera. Ya, itu adalah fotoku bersama dengan Leeteuk hyung.

Hyung yang selalu aku temani ke mana pun ia pergi. Hyung yang selalu bisa membuatku tersenyum dan merasa kuat. Hyung yang memberikan keceriaan pada orang sekelilingnya.

Tapi sosok itu sedikit-sedikit menghilang dari diri Leeteuk hyung. Sekarang dia lebih banyak diam. Berbicara hanya jika dia memerlukan sesuatu, sedang berdebat denganku atau sedang membicarakan batu permata. Tatapan matanya pun tidak seceria dulu. Tatapan matanya selalu saja kosong, kadang juga tajam.

Aku benar-benar merindukan sosoknya yang dulu. Yang selalu bisa membuat orang lain salah tingkah dengan semua tingkahnya yang kadang aneh.

Apa aku bisa mengembalikannya menjadi sosok Leeteuk hyung yang dulu? Bisakah aku?



TOK TOK TOK



“Yesung.” Terdengar ketukan dipintu dan suara Eomma memanggil. Aku bangkit dari ranjang dan segera berjalan untuk membukakan pintu.

“Ne Eomma?”

“Boleh Eomma menemanimu?” pinta Eomma sambil tersenyum lembut padaku. Aku pun tersenyum dan mengangguk. Aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang sedangkan Eomma duduk disisi tempat  tidurku.

“Kau masih memajang foto ini?” tanya Eomma sambil menatap fotoku dengan Leeteuk hyung.

“Ne.”

“Di mana dia sekarang? Sudah sangat lama Eomma tak melihatnya lagi.”

“Aku juga tak tahu Eomma. Eomma merindukannya?” Eomma mengangguk.

“Entah kenapa Eomma merindukannya,” jawab Eomma. “Apa kau tidak bisa mencari tahu keberadaannya?”

Aku menggeleng pelan. Mianhae Eomma, aku tidak bisa memberitahu di mana Leeteuk hyung berada. Dia melarangku untuk melakukannya.

“Dia anak yang baik, tapi Appanya sudah tak mau mengurusnya lagi. Kasihan sekali dia. Tapi Eomma tak pernah melihatnya menangis. Bahkan saat pemakaman Eommanya pun dia juga tak menangis. Kadang Eomma berpikir, bagaimana mungkin anak sekecil dia bisa menanggung beban seberat itu. Ditinggal oleh kedua orang tuanya.” Eomma berhenti sejenak. “Eomma harap, dia baik-baik saja.”

“Ne,” sahutku pelan. Dia baik-baik saja Eomma. Eomma tenang saja. Aku akan menjaganya terus dan tak akan kubiarkan Leeteuk hyung menanggung bebannya sendirian.


.


.


.


“Baiklah Appa, Eomma, Jongjin. Aku pamit,” pamitku pada mereka bertiga. Sebenarnya sedikit berat meninggalkan mereka. Tapi hari ini aku harus kembali untuk menemani Leeteuk hyung memulai aksinya.

“Hati-hati dan seringlah pulang hyung,” ucap Jongjin.

“Ne, kau belajarlah yang rajin dan jangan merepotkan Appa dan Eomma. Arra?”

“Arraseo hyung,” jawabnya sambil tersenyum.

“Jaga dirimu baik-baik ya, dan jangan lupa untuk pulang ke rumah,” pesan Eomma padaku. Aku mengangguk. Sedangkan Appa hanya menepuk pundakku pelan dan mengangguk. Aku membungkuk sekali kearah mereka dan segera masuk ke dalam mobil.

Aku menghidupkan mesin mobil dan mulai menjalankan mobilku. Aku melambai pada mereka bertiga dan mengucapkan selamat tinggal.

Setelah jauh dari jarak pandang mereka, aku segera menambah kecepatan. Selama berada di rumah, aku tetap tak bisa berhenti memikirkan Leeteuk hyung. Aku berusaha menghubunginya, tapi tak satu pun panggilan dariku diangkat olehnya. Apa aku terlalu panik dan terlalu berpikiran yang tidak-tidak? Semoga saja iya.

Kembali ku ambil ponselku dan menghubungi hyungku itu.


CTEK


Akhirnya. “Yoboseyo.”

“Hmm, waeyo? Jam berapa ini?”

“Kau masih tidur hyung?”

“Nuguya?”

“Ini aku hyung, Yesung.”

“Ohh, kau. Ada apa? Jam berapa sekarang?”

Suaranya sangat berat, sepertinya dia kelelahan. Apa yang dia lakuakan sebenarnya.

“Sekarang jam 8 pagi hyung. Sekarang aku sedang dalam perjalan ke rumahmu. Satu jam lagi aku akan sampai hyung.”

“Jam 8? Baiklah.”



PIP



Ishh!! Selalu saja memutuskan panggilan seenaknya sendiri. Tapi.. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Kenapa suaranya seberat itu? Selalu saja seperti itu jika aku meninggalkannya. Apa kali ini dia pergi mencari orang-orang yang akan direkrut olehnya itu? Dia sudah menemukan semuanya kah? Dan hari ini jam 10 orang-orang yang sudah ditemui Leeteuk hyung dan aku 2 hari yang lalu akan datang.

Tapi, apa mereka semua mau datang? Heechul, Zhoumi dan Eunhyuk. Dan sisanya aku tak tahu siapa, pasti kemarin Leeteuk hyung menemui mereka sendiri.

Hufh, tak terasa aku sudah mulai memasuki distrik Gangnam dan sebentar lagi aku akan sampai ke rumah Leeteuk hyung.

Ngg, dia sudah makan belum ya? Atau ku belikan ddukbokki saja? Ahh, ku belikan sajalah dari pada nanti aku harus keluar lagi untuk membelikannya. Sejenak aku mampir ke kedai ddukbokki langganan Leeteuk hyung. Setelah mendapatkan apa yang ku inginkan, aku segera melesat lagi menuju rumah Leeteuk hyung yang hanya tinggal beberapa meter saja.



CITTTTT



Rumah yang cukup besar ini masih terlihat sangat sepi, seperti tak berpenghuni. Bagaimana tidak? Hanya Leeteuk hyung yang tinggal di tempat ini. Aku segera keluar dari mobil sambil membawa ddukbokki dan dua bungkusan besar berisi susu coklat milik Leeteuk hyung.

Ku dekati pintu masuk dan segera menekankan ibu jariku ke alat sensor yang dipasang sebagai kunci untuk masuk ke rumah ini. Hanya ada dua sidik jari di sensor itu. Milikku dan Leeteuk hyung. Jadi sudah dipastikan tak ada yang bisa masuk ke sini jika bukan aku atau Leeteuk hyung yang membukanya.

“Hyung!” panggilku sambil meletakkan dua plastik besar itu di lantai. Tak ada jawaban. Apa dia masih tidur ya?

“Hyung!!” panggilku lagi, kali ini sedikit lebih keras. Tetap saja tak ada jawaban. Aku segera pergi ke lantai dua, menuju kamar tidur Leeteuk hyung.

“Hyung,” panggilku sekali lagi sambil masuk ke kamarnya. Dan aku hanya bisa menggelengkan kepala. Ternyata dia tidur lagi setelah memutuskan panggilan denganku. Ku dekati ranjangnya yang serba putih itu.

Eh, bau apa ini?

Alkohol?

MWO!!!!

Dia minum alkohol!!

“Hyung!!!”

Aku mengguncang tubuhnya pelan. Dia kan tidak bisa minum. Dia itu seperti anak kecil, tak bisa minum.

“Hmm.”

Dia bergumam.

“Hyung, kau minum?” tanyaku.

“Ahh, Yesung-ah, kau kah itu?” tanyanya dengan suara berat. Matanya masih tertutup rapat.

Ini yang membuatku takut. Jika dia minum, dia jadi tidak waspada. Aku segera pergi ke bawah untuk mengambilkan segelas air dan membawakan susu coklat kesukaannya.

“Hyung, minumlah ini.”

Ku bantu dia untuk duduk di ranjangnya. Masih dengan mata terpejam, dia meminum air putih yang aku berikan.

Walau rumah ini memang sudah di rancang agar orang lain tidak bisa menembus rumah ini tapi aku tetap saja takut. Siapapun orang yang sudah berniat jahat, pasti akan melakukan segala cara agar bisa melakukan niat jahatnya.

“Susuku,” pintanya sambil menyerahkan gelas ait putih yang airnya hanya berkurang sangat sedikit. Aku menerimanya dan menyerahkan susu coklat untuknya.

“Hyung, kenapa kau minum?” tanyaku. Dia diam saja. Masih menikmati susu coklat yang ada di tangannya. Jika melihatnya seperti ini, dia benar-benar seperti anak kecil.

“Bagaimana liburanmu?” tanyanya, tak menghiraukan pertanyaanku.

“Tidak begitu menyenangkan,” jawabku. “Aku terus memikirkanmu hyung. Oh iya, hyung. Eomma merindukanmu.”

Sesaat dia berhenti meminum susu kotaknya.

“Eomma,” bisiknya sangat pelan. Seketika itu wajahnya berubah datar. Selalu seperti itu jika aku menyebutkan Eomma. Aku tahu, dia masih sangat merindukan Eommanya. Itulah alasan kenapa dia tak ingin aku memberitahukan keberadaannya pada Eommaku. Dia takut ditinggal untuk kedua kalinya. Jadi dia memohon padaku untuk tidak memberitahukan keberadaannya pada Eommaku.

“Hyung, aku membawakan ddukbokki untukmu,” ucapku dengan nada seceria mungkin. Aku benar-benar tak ingin melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu. “Aku tahu kau belum sarapan. Ini.”

“Gomawo,” ucapnya sambil mengambil ddukbokki dari tanganku. “Kau sudah sarapan?”

“Aku tidak sarapan hyung, bisa-bisa aku bertambah gemuk nanti.”

“Babo! Teori dari mana itu!”

“Teoriku. Aku kan tidak seperti hyung yang tidak bisa gemuk. Kalau aku makan, walau hanya sedikit pasti berat badanku bertambah.”

“Kan biar singkron dengan kepalamu yang besar,” ucapnya.

“HYUNG!!!!” seruku tak terima. Dia menarik ujung bibirnya sedikit. Dia tersenyum. Aku pun jadi ikut-ikutan tersenyum. Walau aku sering jengkel dengan sikapnya, tapi aku tak bisa marah padanya.

“Bersiaplah, jam 10 nanti kita akan kedatangan tamu,” ucapnya sambil beranjak dari ranjang tanpa menghabiskan ddukbokkinya. “Aku mandi dulu.”

Aku  menghela nafas. Aku segera turun ke bawah. Menyiapkan ruangan yang akan dipakai untuk menyambut orang-orang yang suda ditemui Leeteuk hyung.

Aku sudah menata meja dan kursi di ruang tengah, tapi aku hanya menyediakan 7 kursi. Tak tahu pasti, berapa jumlah orang yang akan datang hari ini. Ku lihat Leeteuk hyung turun dari lantai dua. Seperti biasa dia hanya mengenakan kaos dan celana. Keduanya berwarna putih.

“Berapa orang yang akan datang?”

“Aku tak tahu, kita lihat saja nanti,” jawabnya sambil duduk. “Tolong ambilkan laptopku.”

Aku naik lagi ke lantai dua dan masuk ke ruang kerja Leeteuk hyung dan mengambil laptopnya. Ku lirik meja kerjanya. Ada dua buah pigura di sana. Fotonya dengan sang Eomma dan fotonya bersama denganku. Aku tersenyum sekilas dan segera kembali ke tempat Leeteuk hyung.

“Yesung!! Kau letakkan di mana susu coklatku yang kau keluarkan dari mobil?” seru Leeteuk hyung dari arah dapur.

Eh, iya ya? Di mana tadi aku meletakkan dua plastik besar itu?

“Di mana kau meletakkannya?” tanya Leeteuk hyung sambil mendekatiku.

“Aku lupa hyung,” jawabku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

“MWO!!! Cepat cari!!!” serunya.

Tapi, saat aku akan melangkah, tiba-tiba ada suara bel pintu.

“Mereka datang,” bisik Leeteuk hyung sambil melihat kearah jam tangannya. Aku pun juga. Ne, ini sudah hampir jam 10.

“Letakkan laptopku dan bukakan pintu untuk mereka,” perintahnya sambil kembali duduk. Aku mengangguk. Setelah meletakkan laptopnya aku segera pergi menuju pintu depan. Membukakan pintu untuk tamu hyungku.

Dan saat itu aku melihat dua bungkusan besar.

"Babo! Ternyata plastiknya aku letakkan di sini!"

Ku ambil plastik itu dan segera membukakan pintu.

Saat ku buka pintu itu, aku benar-benar tercengang. Tidak hanya 5 atau 6 orang yang berdiri berjajar di depan pintu, tetapi....



To be continued...



seru kah?? seru kah??
kkk~
oiya,, tebakan siapa kemaren yang bener??
hahaha...
nggak ada ya??
nggak ada yang nyangka kan kalo itu Eunhyuk??? ^^

nah,, pertanyaan di chapter ini adalah....
siapa aja yang dateng ke rumah Leeteuk???
>.<


ayo ayo!!!! di review ya!!!

gamsahamnida!!!


~SJK~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar